Tips Menjaga Cerpen Anda agar Tetap Pendek

Unknown // Senin, 26 September 2016

Gambar hanya pemanis

Banyak orang beranggapan bahwa sesuatu yang singkat atau pendek pasti mudah dikerjakan, termasuk dalam membuat cerpen. Kalian pasti tahu kepanjangan dari cerpen, bukan?

Cerita pendek. Benar sekali.

Tapi tahukan Anda, bagian tersulit dalam menulis cerpen adalah menjaga ceritanya agat tetap pendek.

Barangkali, Anda berpikir, jika jumlah kata yang mencekik adalah akar dari kesulitan itu.

Sayang sekali, bukan itu penyebabnya. Masalah dalam menulis cerpen sebenarnya ada dalam pemikiran kita sendiri, yaitu selalu mengikuti persyaratan yang sama dengan sebuah novel.

Sudah tahu apa syarat sebuah novel? Jika ada yang belum tahu, dengan senang hati saya akan membeberkan secercah pengetahuan yang kebetulan saya miliki, yaitu:

  • Sebuah novel wajib memiliki bagian awal, tengah, dan akhir.
  • Sebuah novel wajib menghadirkan, karakter; konflik; latar; dan resolusi.

Loh, kok bisa jadi sulit hanya karena hal semacam itu?

Bisa. Sangat bisa. Percayalah, dengan memenuhi dua syarat di atas saja sudah dapat membuat draft pertama dari cerpen yang Anda tulis membengkak hebat, bahkan meledak—oops.

Ah—tidak masalah, ‘kan ada proses revisi. Proses itu pasti bisa membantu.

Yakin? Bukan hanya Anda yang beropini seperti itu. Berharap dapat mengurangi jumlah kata saat proses revisi. Faktanya, kesulitan kerap bermula dari pemikiran semu ini.

Bayangkan saja. Draft pertama dari cerpen Anda sudah memasuki jumlah 3000 kata, padahal target awal Anda adalah 1500 kata. Proses revisi dalam sekejap akan menjadi hal mengerikan bagi cerpen Anda. Mengapa? Karena separuh isi naskah harus Anda pangkas demi memenuhi standar awal, bakal terbuang secara percuma. Hal itu sama saja dengan menulis ulang naskah.

Benar juga. Jadi, bagaimana cara mengatasinya?

Tenang, saya akan membagikan beberapa tips kepada Anda untuk menjaga, agar cerpen Anda tetap pendek. Oh—iya, tips ini bisa dilakukan sejak awal Anda merancang cerita.

Penasaran? Kalau begitu, langsung saja. Ini dia, tips membuat cerpen tetap pendek :

1. Buat Cerita Hanya Tentang Satu Episode dalam Kehidupan
Sebelum menulis, sebaiknya Anda memikirkan masak-masak mengenai ide cerita yang bakal Anda buat.

Jika Anda berniat menceritakan perjalanan seorang karakter dari awal sampai mati, lebih baik baik Anda membuat novel saja.

Mengapa? Karena, jika Anda hendak membuat cerpen, Anda cukup menyorot sebuah episode kehidupan dari sang karakter utama. Sekali lagi, hanya satu episode. Tidak lebih.

Akan tetapi, ada seorang dari Anda yang memiliki pemikiran kritis dan melempar pertanyaan yang bisa jadi sebuah sanggahan pada teori saya ini ....

“Maaf, gan. Saya rasa, teori Agan kurang tepat, karena saya pernah membaca cerpen tentang perjalanan seorang karakter sampai batas umurnya alias mati.”

Memang hal seperti itu ada, saya juga pernah membaca cerita serupa. Bertemakan perjalanan seorang pangeran bersama sahabatnya ke sebuah pulau keramat demi mencari seorang dukun sakti guna mematahkan teluh yang telah menimpa istri tercinta, dan kisah itu berakhir dengan kematian sang pangeran selaku tokoh utama.

Akan tetapi, cerita itu adalah satu pengecualian, karena memakai aturan klasik. Apa itu aturan klasik? Mari kita lanjut pada tips berikutnya.

2. Mengikuti Aturan Klasik
Cerpen tidak memberikan atau menyisakan sub-plot seperti yang biasa kita temui pada novel. Jadi, cukup ikuti aturan klasik yang dikemukakan oleh Aristoteles.

Apa itu? Jawabnya mudah saja.

Awal. Tengah. Akhir. Maka cerpen yang Anda buat akan tetap pendek.

Kurang lebih seperti ini gambarannya:

  • Masalah hadir di awal cerita.
Anda dapat menaburkan benih-benih konflik dalam kalimat pembuka. Hal itu akan membuat para pembaca bertanya-tanya, “Masalah apa yang bakal dihadapi karakter utama?”

  • Penyelesaian masalah di pertengahan cerita.
Pada pertengahan cerita Anda bisa menunjukkan sebuah titik balik. Tindakan atau keputusan yang akan diambil oleh karakter utama dalam usahanya menyelesaikan masalah.

  • Resolusi hadir di akhir cerita. 
Ketika memasuki akhir cerita, Anda pasti menghadirkan sebuah resolusi. Perubahan pada diri karakter utama; dengan kata lain, karakter mendapat pelajaran atau hikmah dari masalah yang sudah ia hadapi. Pada bagian ini, pembaca sudah dapat menangkap pesan moral yang hendak disampaikan oleh penulis.

Lantas, apa hubungannya dengan kisah si pangeran yang sudah sukses menyanggah teori dari tips pertama yang sudah saya berikan?

Mudah saja. Walau cerita sang pengeran bergulir sampai akhir hayatnya, kisah tersebut tetap mengikuti aturan klasik seperti yang sudah saya jabarkan. Bahkan cerita itu langsung di awali oleh roh sang pangeran yang melihat jenazahnya diarak menuju laut. Penguburan adat.

Sampai sini, saya kira tidak perlu menjabarkan plot apa yang dipakai dalam cerita si pangeran karena sedari poin pertama Anda bisa menebaknya.

Pun, saya yakin cerpen yang pernah Anda baca itu, yang bercerita tentang perjalanan seorang karakter sampai akhir hidupnya itu tetap memakai aturan klasik. Coba saja telaah lebih lanjut.

3. Mengawali Cerita Sedekat Mungkin dengan Akhir Cerita
Saat mengawali cerita, kerap kali Anda membuatnya dengan berbagai penuturan serta kiasan kata-kata indah. Faktanya, hal itu menghasilkan jarak yang cukup jauh antara titik awal cerita dan titik akhir cerita, serta menambah bobot cerpen yang akan Anda tulis.

Misalnya, banyak penulis seperempat matang seperti saya yang kerap kali mengawali sebuah cerita dengan hal-hal yang tidak penting, seperti kegiatan apa saja yang dilakukan si karakter utama saat ia bangun tidur, keluh dan sumpah serapah apa saja yang terlontar dari mulutnya.

Kira-kira seperti itu.

Hal seperti di atas jelas tidak mungkin. Bayangkan saja! Jika cerita berlangsung pada malam hari, apakah perlu menceritakan kegiatan karakter dari pagi hari? Saya rasa tidak.

Untuk mengatasinya, mari kita pikirkan bersama-sama. Kapan saat yang tepat untuk memulai cerita? Kapan suatu konflik akan berlangsung, dan si karakter utama mengambil alih cerita?

Jika sudah, silahkan mulai kalimat pertama Anda dari situ, tentu dengan pemilihan diksi yang tepa guna alias jangan boros. Akan tetapi, tips dari saya cukup sampai di sini dulu. Jika masih penasaran silahkan tunggu posting berikutnya—tentang diksi.

Oh—iya, Anda bisa bertanya jika merasa kurang paham dengan tips yang sudah saya berikan. Caranya cukup mudah, Anda cukup menuliskan awal kalimat dari cerpen yang Anda buat di kolom komentar dam saya akan menanggapi secepat mungkin, dengan begitu tidak kita dapat belajar bersama serta menjalin keakraban :D



Sekian, saya El-Mourning, sampai jumpa di tips selanjutnya ;)

0 komentar