Gambar hanya pemanis |
Banyak
orang beranggapan bahwa sesuatu yang singkat atau pendek pasti mudah dikerjakan,
termasuk dalam membuat cerpen. Kalian pasti tahu kepanjangan dari cerpen,
bukan?
Cerita
pendek. Benar sekali.
Tapi
tahukan Anda, bagian tersulit dalam menulis cerpen adalah menjaga ceritanya
agat tetap pendek.
Barangkali,
Anda berpikir, jika jumlah kata yang mencekik adalah akar dari kesulitan itu.
Sayang
sekali, bukan itu penyebabnya. Masalah dalam menulis cerpen sebenarnya ada
dalam pemikiran kita sendiri, yaitu selalu mengikuti persyaratan yang sama
dengan sebuah novel.
Sudah
tahu apa syarat sebuah novel? Jika ada yang belum tahu, dengan senang hati saya
akan membeberkan secercah pengetahuan yang kebetulan saya miliki, yaitu:
- Sebuah novel wajib memiliki
bagian awal, tengah, dan akhir.
- Sebuah novel wajib menghadirkan, karakter;
konflik; latar; dan resolusi.
Loh, kok
bisa jadi sulit hanya karena hal semacam itu?
Bisa.
Sangat bisa. Percayalah, dengan memenuhi dua syarat di atas saja sudah dapat
membuat draft pertama dari cerpen yang Anda tulis membengkak hebat, bahkan
meledak—oops.
Ah—tidak
masalah, ‘kan ada proses revisi. Proses itu pasti bisa membantu.
Yakin?
Bukan hanya Anda yang beropini seperti itu. Berharap dapat mengurangi jumlah
kata saat proses revisi. Faktanya, kesulitan kerap bermula dari pemikiran semu
ini.
Bayangkan
saja. Draft pertama dari cerpen Anda sudah memasuki jumlah 3000 kata, padahal
target awal Anda adalah 1500 kata. Proses revisi dalam sekejap akan menjadi hal
mengerikan bagi cerpen Anda. Mengapa? Karena separuh isi naskah harus Anda
pangkas demi memenuhi standar awal, bakal terbuang secara percuma. Hal itu sama
saja dengan menulis ulang naskah.
Benar
juga. Jadi, bagaimana cara mengatasinya?
Tenang,
saya akan membagikan beberapa tips kepada Anda untuk menjaga, agar cerpen Anda
tetap pendek. Oh—iya, tips ini bisa dilakukan sejak awal Anda merancang cerita.
Penasaran?
Kalau begitu, langsung saja. Ini dia, tips membuat cerpen tetap pendek :
1. Buat
Cerita Hanya Tentang Satu Episode dalam Kehidupan
Sebelum menulis,
sebaiknya Anda memikirkan masak-masak mengenai ide cerita yang bakal Anda buat.
Jika
Anda berniat menceritakan perjalanan seorang karakter dari awal sampai mati,
lebih baik baik Anda membuat novel saja.
Mengapa?
Karena, jika Anda hendak membuat cerpen, Anda cukup menyorot sebuah episode
kehidupan dari sang karakter utama. Sekali lagi, hanya satu episode. Tidak
lebih.
Akan
tetapi, ada seorang dari Anda yang memiliki pemikiran kritis dan melempar
pertanyaan yang bisa jadi sebuah sanggahan pada teori saya ini ....
“Maaf,
gan. Saya rasa, teori Agan kurang tepat, karena saya pernah membaca cerpen
tentang perjalanan seorang karakter sampai batas umurnya alias mati.”
Memang
hal seperti itu ada, saya juga pernah membaca cerita serupa. Bertemakan
perjalanan seorang pangeran bersama sahabatnya ke sebuah pulau keramat demi
mencari seorang dukun sakti guna mematahkan teluh yang telah menimpa istri
tercinta, dan kisah itu berakhir dengan kematian sang pangeran selaku tokoh
utama.
Akan
tetapi, cerita itu adalah satu pengecualian, karena memakai aturan klasik. Apa itu
aturan klasik? Mari kita lanjut pada tips berikutnya.
2.
Mengikuti Aturan Klasik
Cerpen tidak
memberikan atau menyisakan sub-plot seperti yang biasa kita temui pada novel. Jadi,
cukup ikuti aturan klasik yang dikemukakan oleh Aristoteles.
Apa itu?
Jawabnya mudah saja.
Awal.
Tengah. Akhir. Maka cerpen yang Anda buat akan tetap pendek.
Kurang
lebih seperti ini gambarannya:
- Masalah hadir di awal cerita.
Anda dapat
menaburkan benih-benih konflik dalam kalimat pembuka. Hal itu akan membuat para
pembaca bertanya-tanya, “Masalah apa yang bakal dihadapi karakter utama?”
- Penyelesaian masalah di
pertengahan cerita.
Pada
pertengahan cerita Anda bisa menunjukkan sebuah titik balik. Tindakan atau
keputusan yang akan diambil oleh karakter utama dalam usahanya menyelesaikan
masalah.
- Resolusi hadir di akhir cerita.
Ketika
memasuki akhir cerita, Anda pasti menghadirkan sebuah resolusi. Perubahan pada
diri karakter utama; dengan kata lain, karakter mendapat pelajaran atau hikmah
dari masalah yang sudah ia hadapi. Pada bagian ini, pembaca sudah dapat
menangkap pesan moral yang hendak disampaikan oleh penulis.
Lantas,
apa hubungannya dengan kisah si pangeran yang sudah sukses menyanggah teori
dari tips pertama yang sudah saya berikan?
Mudah
saja. Walau cerita sang pengeran bergulir sampai akhir hayatnya, kisah tersebut
tetap mengikuti aturan klasik seperti yang sudah saya jabarkan. Bahkan cerita
itu langsung di awali oleh roh sang pangeran yang melihat jenazahnya diarak
menuju laut. Penguburan adat.
Sampai
sini, saya kira tidak perlu menjabarkan plot apa yang dipakai dalam cerita si
pangeran karena sedari poin pertama Anda bisa menebaknya.
Pun, saya
yakin cerpen yang pernah Anda baca itu, yang bercerita tentang perjalanan
seorang karakter sampai akhir hidupnya itu tetap memakai aturan klasik. Coba
saja telaah lebih lanjut.
3.
Mengawali Cerita Sedekat Mungkin dengan Akhir Cerita
Saat
mengawali cerita, kerap kali Anda membuatnya dengan berbagai penuturan serta
kiasan kata-kata indah. Faktanya, hal itu menghasilkan jarak yang cukup jauh
antara titik awal cerita dan titik akhir cerita, serta menambah bobot cerpen
yang akan Anda tulis.
Misalnya,
banyak penulis seperempat matang seperti saya yang kerap kali mengawali sebuah
cerita dengan hal-hal yang tidak penting, seperti kegiatan apa saja yang
dilakukan si karakter utama saat ia bangun tidur, keluh dan sumpah serapah apa
saja yang terlontar dari mulutnya.
Kira-kira
seperti itu.
Hal
seperti di atas jelas tidak mungkin. Bayangkan saja! Jika cerita berlangsung
pada malam hari, apakah perlu menceritakan kegiatan karakter dari pagi hari?
Saya rasa tidak.
Untuk
mengatasinya, mari kita pikirkan bersama-sama. Kapan saat yang tepat untuk
memulai cerita? Kapan suatu konflik akan berlangsung, dan si karakter utama
mengambil alih cerita?
Jika
sudah, silahkan mulai kalimat pertama Anda dari situ, tentu dengan pemilihan
diksi yang tepa guna alias jangan boros. Akan tetapi, tips dari saya cukup
sampai di sini dulu. Jika masih penasaran silahkan tunggu posting berikutnya—tentang
diksi.
Oh—iya,
Anda bisa bertanya jika merasa kurang paham dengan tips yang sudah saya
berikan. Caranya cukup mudah, Anda cukup menuliskan awal kalimat dari cerpen
yang Anda buat di kolom komentar dam saya akan menanggapi secepat mungkin,
dengan begitu tidak kita dapat belajar bersama serta menjalin keakraban :D
Sekian, saya
El-Mourning, sampai jumpa di tips selanjutnya ;)
0 komentar